Menuju Aru [Seri 1]: Pasar dan Pelabuhan Langgur

cerita berseri “menuju aru” ini adalah sekedar tulisan untuk mendokumentasikan proses perjalanan saya dari makassar menuju kepulauan aru. pada seri 1 ini cerita dimulai saat saya masih berada di tual ketika hendak menuju pelabuhan ferry..

————————————

Untung saja hari itu Syahbandar tidak memberlakukan larangan pelayaran. kabarnya sudah hampir sebulan kapal penyeberangan di tual (maluku tenggara) itu hanya bersandar saja dipelabuhan. cuaca awal tahun memang tak bersahabat. tinggi ombaknya mencapai 3 sampai 4 meter. Kondisi yang sangat berbahaya bagi pelayaran.

Kalau cuaca sedang bersahabat maka kapal ferry itu akan bolak balik tual – dobo dua kali seminggu. Tual adalah pusat kabupaten maluku tenggara, sedangkan Dobo adalah ibukota kabupaten Kepulauan Aru.

kapal ferry (foto :ipang)

yang disebut dengan kapal penyeberangan itu lazim juga disebut kapal ferry. nama resminya sebagaimana tertera di lambung kapal adalah Lobster. tapi warga sendiri lebih sering menyebutnya ferry. kapal ini tidak saja mengangkut orang, tapi juga sembako, alat rumah tangga dan mobil. hari itu hanya ada sebuah mobil saja. kapal hanya diramaikan oleh orang dan barang-barang bawaannya. menurut seorang warga, mobil memang hanya sesekali terangkut.

sudah 2 jam saya berada dikapal. sebagai orang baru memang saya sengaja datang lebih awal. kuatir tadi kalau kesulitan menemukan pelabuhan. ketakutan yang berlebihan, karena dari hotel ternyata hanya sekali naik angkot selama 20 menit sudah tiba dipelabuhan. Tak sulit ternyata. Angkot yang kunaiki didepan hotel, ternyata mengantar hingga dekat pelabuhan dengan tarif 2000 rupiah.

angkot di tual (dok pribadi)

Angkot di Tual mirip saja modelnya dengan angkot di kota makassar. Bedanya ada pada cat warna. Kalau dimakassar angkot berwarna biru, maka di Langgur angkot berwarna warni dengan tulisan besar-besar di kaca belakangnya. Kalau tak salah ingat hari itu mobil yang kutumpangi, warnanya kuning dan bertuliskan PETERPAN dikaca belakangnya (sayang tak ada fotonya).

Pelabuhan di Langgur terletak berdekatan dengan pasar. Sentral orang menyebutnya. Kalau mau ke pelabuhan saya harus melalui pasar dulu. Sambil berjalan mata mengamati. Los-los yang kulewati adalah pedagang kain, baju-baju. Sempat tersirat dalam hati, mestilah ada orang bugis diantara pedagang-pedagang itu. Dan tak salah tebakanku. Belum jauh berjalan, suara lelaki dengan bahasa Bugis terdengar. Hehehe..dasar Bugis. Sekali lagi kubuktikan perkataan ayahku. Kalau pergi-pergi, cari saja orang Bugis terutama didekat pantai atau dipasar.

dok pribadi

Masih ditengah pasar, perut mulai mengirimkan sinyal lapar. Berjalan sedikit lagi ada sebuah warung. Dibagian depannya ada sebuah kain bertuliskan “coto makassar, sop saudara”, ah orang bugis makassar lagi.hehehe syukurlah. Ada penasaran bagaimanakah rasa coto makassar atau sop saudara jika dibuat oleh orang rantau. Selain rasa lapar yang kian terang sinyalnya.

sambil memesan sop saudara, saya mendengar pemilik warung bercerita dengan seorang pemuda menggunakan bahasa makassar. Ah makassar tulen ternyata. Ikut nimbrung. Ternyata mereka adalah perantau dari kabupaten takalar*. Bercerita ia setelah kutanyai. Ia sudah lebih dari sepuluh tahun tinggal di tual  berjualan makanan. Sempat pula ia balik ke takalar ketika kerusuhan melanda maluku. Sekedar untuk diketahui, Tual adalah salah satu daerah yang menjadi arena kerusuhan tahun 2000 itu.

nah, perut sudah terisi. saatnya memanggul ransel dan berjalan lagi menuju memasuki pelabuhan.

Ada beberapa petugas diloket pembelian tiket. Dari mereka kuketahui kalau harga tiket bervariasi. Untuk penumpang yang ingin ruangan berAC dan berkursi empuk tersedia tiket vip seharga 153 ribu rupiah. Jika ingin kelas ekonomi yang tidak berAC  maka harganya lebih murah yakni 50.000 rupiah.

Sebuah tiket sudah kuperoleh, saatnya naik ke kapal.

Cukup ramai keadaan saat itu. Selain calon penumpang dan pengantar dengan barang-barangnya, ada juga berjejeran pedagang-pedagang rokok, airminum, nasi bungkus, ikan bakar, baju. Cukup ramai sebenarnya meski tak serupa pasar. Pemandangan seperti ini sebenarnya lazim kalau anda pernah ke pelabuhan. Pedagang yang duduk ditikar terhampar sambil sesekali memanggil menawarkan dagangannya kepada orang yang lewat. Kalau tak salah ingat semua pedagang itu perepuan.

Begitu naik ke kapal tak sulit untuk menemukan ruangan vip sesuai tiket yang kubeli tadi. Tapi mungkin karena terlalu cepat naik kapal, ruangan itu belum terbuka. Masih tertutup rapat. Mungkin sebentar lagi dibuka pikirku. Tak usah terburu-buru. Toh sudah diatas kapal.

jubelan penumpang di bagian bawah kapal (dokumentasi pribadi)

Kapal ini tak terlalu besar. Ruangannya dari atas ke bawah setidaknya terbagi menjadi 3. paling bawah adalah ruangan menyerupai aula. Biasanya kendaraan seperti mobil dan motor ditempatkan disini. Wajar saja, sebab pasti repot kalau mobil di tempatkan diatas. Repot mengangkatnya..hehehe

Kalau ruangan paling atas tak kuketahui pasti, hanya kuduga,  disana ruangan untuk nakhoda dan kru kapal. Soalnya yang bolak balik melalui tangga hanya orang yang berseragam saja.

Pada bagian tengah, panjang kapal terbagi menjadi 3. paling depan ruangan VIP, bagian tengah dan belakang adalah kelas ekonomi.

duduk sambil nonton tv layar kecil di kelas ekonomi

Di kapal tak henti-hentinya penjual makanan bolak balik menawarkan makanan seperti nasi (putih dan kuning) dan ikan bakar..hmm. kubeli seporsi untuk bekal makan malam. Bekal informasi yang kupunya menyebutkan bahwa perjalanan akan menghabiskan waktu 12 jam. Jadi jika berangkat jam 5 sore maka kapal akan merapat di pelabuhan dobo sekitar jam 5 subuh.

Dekat jam 5, pengumuman berkumandang. Setengah jam lagi kapal akan berangkat.

Pintu ruangan sudah terbuka. Tapi saya masih ingin berkeliling sebentar. Ternyata di lantai bawah yang biasanya tempat mobil dan kendaraan lain, berjejalan manusia anak-anak, pemuda, ibu-ibu, orang tua yang menggelar tikar. Mereka ada yang duduk, berdiri, lalu lalang dan berbaring.

Tak lama berselang pengumuman kembali berkumandang. Kali ini mengabarkan kalau kapal akan berangkat 5 menit lagi. Pengumuman ini sekaligus menyampaikan pada para pengantar dan pedagang asongan serta yang tidak berkepentingan lagi diatas kapal untuk segera turu dari kapal.

Benar saja, 5 menit kemudian suara lelaki itu kembali mengumumkan bahwa kapal akan segera berangkat. Untuk itu penumpang berdo’a.

Usai itu, sirinepun berbunyi. Kapal mulai bergerak perlahan meninggalkan pelabuhan langgur.

Saya lalu beranjak ke ruangan. Cukup mudah mendapatkan tempat duduk karena setiap tiket dicantumi nomor yang menjadi jatah kursi penumpang. Meski ada 2 AC namun masih terasa pengap. Beberapa penumpang mulai berkipas. Ternyata AC itu tidak berfungsi. Seorang petugas kapal yang sedang melintas, ditegur oleh penumpang perihal pendingin udara itu. Tak berselang lama AC itu berfungsi kembali. Huff..syukurlah..

2 responses to “Menuju Aru [Seri 1]: Pasar dan Pelabuhan Langgur

Leave a comment